Kegiatan ngopi merupakan bagian dari keseharian sebagian besar masyarakat Indonesia maupun dunia. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, tercatat bahwa konsumsi kopi domestik di negara ini mencapai 294.000 ton pada tahun 2020. 

Tingginya konsumsi kopi di Indonesia juga bisa dilihat dari semakin banyaknya kedai kopi lokal di tiap sudut kota. Bahkan, salah satu merchant kopi lokal terbesar di negara ini sudah memiliki lebih dari 20 juta pelanggan dengan total penjualan per bulan yang mencapai 5 juta gelas. 

Dari banyaknya jumlah penjualan dan konsumsi tersebut, tentu berdampak pula pada lingkungan. Masalah yang paling dikhawatirkan tidak lain adalah sampah plastik dan sisa produksi yang tidak diolah dengan baik. 

Meski begitu, bukan berarti kita dilarang ngopi. Ada sejumlah cara agar kegiatan ngopi bisa lebih ramah lingkungan. Berikut di antaranya. 

1. Seksama Memilih Produk atau Penyedia Kopi

Cek label dan sertifikasi produk kopi yang dipilih. Pastikan bahwa produk tersebut diproduksi dengan mengikuti peraturan pelestarian lingkungan dan kemanusiaan. Misalnya, biji kopi berasal dari penanaman alami tanpa penggunaan bahan kimia berlebih. 

Bisa pula memastikan bahwa kebun kopinya tidak mengganggu ekosistem di sekitarnya, seperti mengganggu habitat satwa liar atau menyebabkan erosi tanah. 

Lebih baik lagi jika kamu memilih produk yang juga memenuhi kriteria sosial, ekonomi, dan lingkungan. Seperti, memastikan petani diperlakukan dan dibayar dengan adil, penanganan limbah yang baik, hingga penggunaan pestisida yang dibatas. 

2. Pastikan Packaging Ramah Lingkungan

Akan lebih baik jika kemasan produk kopi yang dipilih bisa didaur ulang atau merupakan hasil daur ulang. Kamu juga bisa membeli kopi dalam jumlah banyak sekaligus agar sampah kemasan yang dihasilkan bisa berkurang. 

Ketika membeli dalam jumlah banyak, mintalah saran penjual mengenai cara agar kualitas kopi tidak cepat menurun. Baik itu dari segi cara penyimpanan hingga wadah atau tempat terbaik agar kualitas kopi tetap terjaga. 

Apabila ingin membeli kopi saset, pastikan kembali apakah produsen tersebut menggunakan kemasan yang ramah lingkungan. Ini berlaku pula ketika akan memilih kopi kapsul. Untungnya, saat ini sudah bermunculan produsen kopi saset atau instan yang memerhatikan keberlanjutan. 

3. Menggunakan Alat Press Kopi atau Moka Pot

Menggunakan mesin kopi elektrik memang memudahkan hidup. Namun, ketika digunakan setiap hari, bahkan lebih dari satu kali dalam sehari, tentu tidak sesuai dengan konsep sustainability. 

Sebagai alternatif, Kamu bisa menggunakan alat press kopi tradisional atau moka pot. Alat ini lebih hemat energi, karena hanya membutuhkan air panas dan kopi. Kamu bisa beralih sepenuhnya ke alat ini atau menggunakannya secara bergantian dengan mesin kopi elektrik. 

Selain moka pot, kamu juga bisa menggunakan alat penyeduhan kopi manual lainnya, seperti French press dan kopi tuang (dengan kertas filter kopi).

4. Menggunakan Gelas atau Tumbler yang Bisa Digunakan Berulang

Kamu yang setiap hari ngopi lewat merchant kopi lokal, sebaiknya jangan menggunakan kemasan ataupun sedotan plastik yang diberikan. Great Forest Australia mencatat bahwa gelas plastik yang digunakan di kedai kopi menyumbang 20% total sampah di dunia. 

Bawa sendiri gelas atau tumbler untuk mengurangi sampah plastik. Apabila membelinya lewat aplikasi layanan pesan antar, pastikan bahwa kantung yang digunakan bukanlah sekali pakai.

5. Mengompos Ampas Kopi

Telah disebutkan di atas bahwa konsumsi kopi di Indonesia mencapai ratusan ribu ton. Sementara itu, data dari sumber yang sama pun mencatat produksi kopi sendiri sudah mencapai lebih dari 700.000 ton per tahun. 

Dari angka tersebut kita tentu sudah dapat melihat betapa banyaknya sumbangan limbah dari produksi kopi. Untuk membantu menguranginya, kita bisa memanfaatkan ampas kopi sebagai pupuk kompos. 

Selain rasanya yang enak, kopi juga mengandung bahan-bahan yang baik sebagai pupuk kompos. Di antaranya adalah nitrogen, fosfor, kalium, dan mineral yang bisa mendukung kesehatan tanaman.