Ketika berbicara soal makanan atau minuman yang ramah lingkungan, semua produk berbasis nabati adalah pilihan utamanya. Ini termasuk dengan susu non-dairy atau susu yang tidak berasal dari sapi atau hewan penghasil susu lainnya.
Susu nabati memang dinilai pilihan terbaik jika Kamu ingin menjalani diet sehat sambil menjaga lingkungan. Tapi, bukan berarti berbagai jenis susu berbahan dasar nabati tidak meninggalkan jejak buruk terhadap bumi. Hal ini berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam dan emisi gas rumah kaca dalam proses produksinya.
Pada produk susu nabati komersial, produksinya masih membutuhkan tanah dan air yang merupakan sumber daya terbatas. Di samping itu, proses pembuatannya pun mengeluarkan gas rumah kaca, seperti metana, karbondioksida, dan dinitrogen oksida. Semua itu nantinya akan berkontribusi terhadap pemanasan global.
Meski begitu, dampak negatif susu nabati masih jauh lebih rendah daripada susu hewani. Seperti apa dampak jenis-jenis susu nabati di bawah ini terhadap lingkungan? Apakah susu nabati ramah lingkungan? Baca jawabannya di bawah ini.
Susu Kedelai

Kedelai dinilai menjadi salah satu kontributor utama dalam deforestasi hutan hujan Amazon. Kondisi ini berkaitan dengan tingginya permintaan akan kedelai, sehingga dibutuhkan lahan yang semakin luas. Sementara itu, sebuah studi yang diterbitkan tahun 2018 pun menemukan bahwa dalam 1 liter susu kedelai, dibutuhkan hingga 2,6 km persegi tanah untuk ditanami kedelai.
Namun, persentase penggunaan kedelai untuk susu yang dikonsumsi manusia jauh lebih sedikit daripada kebutuhan lainnya. Kedelai justru banyak ditanam untuk kebutuhan makanan ternak dan biofuel.
Untuk mengatasinya, Amerika Serikat (AS), negara yang menguasai 35% produksi kedelai global, menyetujui kesepakatan yang diberikan Moratorium Kedelai Amazon. Salah satu isi kesepakatannya adalah para pengusaha kedelai tidak boleh menggunakan lahan yang baru saja digunduli. Ini, untungnya, berhasil mengurangi deforestasi di hutan hujan Amazon.
Walaupun tingginya permintaan kedelai membuatnya butuh lahan sangat luas, tanaman ini tetap memberikan manfaat untuk lingkungan. Seperti jenis kacang-kacangan lainnya, kedelai membantu memperbaiki nitrogen di dalam tanah. Dengan begitu, kebutuhan akan pupuk nitrogen pun sedikit.
Susu Almon

Produksi susu almon komersial dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada ketersediaan air di bumi. Hal ini karena proses pembuatan susu nabati tersebut paling intensif air. Bahkan, kebutuhannya jauh lebih banyak air daripada jenis lainnya, seperti susu kedelai atau susu oat.
Satu studi yang diterbitkan tahun 2017 menyatakan bahwa untuk menghasilkan almon california, dibutuhkan sekitar 12 liter air. Studi lainya juga menyebutkan bahwa almon adalah tanaman dengan jejak karbon tertinggi dibandingkan tanaman lain, seperti apel, tomat, jeruk, kentang, dan wortel.
Dari fakta di atas, pemerhati lingkungan, terutama di AS, menyarankan supaya kacang-kacangan ini tidak lagi ditanam untuk tujuan komersial. Apalagi, sekitar 80% produksi almon global dilakukan di California, AS. Ini berkontribusi terhadap kekeringan ekstrem yang dialami negara bagian AS tersebut selama beberapa tahun terakhir.
Susu Oat

Susu oat berasal dari gandum, tanaman monokultur yang sering ditanam dalam skala besar. Ini artinya gandum adalah satu-satunya tanaman yang ditanam di lahan yang sama secara berulang kali.
Dampak tanaman monokultur terhadap lingkungan adalah berkurangnya keanekaragaman hayati serangga di ekosistem sekitarnya. Ini nantinya akan memicu peningkatan hama, sehingga penggunaan pestisida pun harus dilakukan.
Salah satu jenis pestisida yang banyak digunakan untuk tanaman gandum adalah yang berbasis glifosat. Bahan ini telah terbukti berefek negatif pada tanaman dan hewan, karena mendorong pertumbuhan dan penyebaran patogen.
Namun di sisi lain, sebuah penelitian yang digagas sebuah brand oat menunjukkan bahwa susu oat tidak banyak berkontribusi terhadap pemanasan global. Hal tersebut mengacu pada produksinya yang menghasilkan emisi gas rumah kaca 80% lebih sedikit dibandingkan pada susu sapi.
Penggunaan energi pun lebih sedikit 60%, serta 80% lebih sedikit penggunaan lahan daripada susu sapi. Tetapi, jika dibandingkan dengan susu nabati lainnya, susu oat membutuhkan lebih banyak lahan dibandingkan almon maupun kedelai. Namun, penggunaan air dinilai lebih sedikit jika dibandingkan dengan almon.
Itulah ulasan mengenai apakah susu nabati benar-benar ramah lingkungan atau tidak. Ketiga jenis yang disebutkan di atas memang tetap meninggalkan jejak negatif pada bumi. Meski begitu, susu nabati tetap menjadi pilihan ramah lingkungan apabila dibandingkan dengan susu hewani.