Slogan “Reduce, Reuse, Recycle” pasti sudah tidak asing kan, bagi kalian. Slogan yang memang sudah lama disuarakan kepada masyarakay agar tergerak untuk berkontribusi dalam melestarikan bumi ini. Hingga saat ini, pengaplikasiannya pun sudah dilakukan secara luas oleh berbagai kalangan, baik itu individu, kelompok, hingga korporasi. Namun, kenapa dampaknya tidak begitu menonjol? Apakah masih ada salah kaprah mengenai pengaplikasian dari reduce, reuse, dan recycle?
Kenali yang Terpenting
Banyak yang beranggapan bahwa reduce, reuse, recycle sama pentingnya dalam mencegah pencemaran lingkungan. Meski masing-masing punya peran, tapi sebenarnya tidak semuanya harus kita lakukan dengan kadar yang sama. Slogan itu menggambarkan urutan tindakan dari yang terpenting hingga yang tidak, sehingga kadar pengaplikasiannya pun disesuaikan dengan tingkatan tersebut.
Seperti pada urutan di slogan tersebut, “Reduce” menjadi tindakan yang paling penting dan justru perlu ditingkatkan pengaplikasiannya. Diikuti dengan “Reuse”, lalu jika perlu dilakukan “Recycle”. Namun, mengaplikasikan “Reduce” ke dalam kehidupan modern memang sangat sulit. Tapi, bukan berarti tidak bisa sama sekali. Kita bisa mulai dengan mengurangi atau berhenti mengkonsumsi produk-produk yang bahannya bisa membahayakan lingkungan. Mengurangi pula pemakaian kebutuhan sandang jika manfaatnya kurang krusial bagi kehidupan sehari-hari.
Jika tindakan mengurangi belum bisa dilakukan secara maksimal, kita bisa mengaplikasikan “Reuse”. Tapi, perhatikan pula dengan seksama ketika menggunakan kembali barang-barang lama. Jangan sampai menggunakan barang bekas justru dapat mencemari lingkungan. Misalnya, dalam hal membeli mobil. Mobil baru justru lebih irit dalam penggunaan bahan bakar, sehingga lebih ramah lingkungan. Selain itu, ketika menggunakan kembali botol plastik. Jangan sampai penggunaan berulang dari botol plastik, terutama yang berkualitas rendah, justru membahayakan kesehatan.
Apabila kedua tindakan itu belum juga memberikan dampak yang positif, barulah diaplikasikan “Recycle”. Kegiatan mendaur ulang ini memang seolah menjadi solusi dari pencemaran lingkungan, karena yang paling mudah dilakukan. Tapi, pada kenyataannya berdampak sangat kecil dalam pelestarian lingkungan. Mendaur ulang tidak menumbuhkan budaya mengurangi atau menggunakan kembali, tapi justru meningkatkannya.
Di samping itu, energi yang dilakukan untuk mendaur ulang lebih besar daripada yang digunakan untuk membuat produk baru. Jadi, dinilai masih kurang ramah lingkungan. Belum lagi, teknologi untuk mendaur ulang masih sangat mahal, sehingga produk yang dihasilkan juga menjadi mahal. Hal ini tentu membuat permintaan akan produk daur ulang sangat kecil yang akhirnya membuat perusahaan bangkrut dan tutup.
Jadi, ayo kita tingkatkan pengaplikasian “Reduce” sebagai tindakan yang paling penting dalam usaha melestarikan bumi!